Perbedaan kita dengan makhluk yang lain yaitu kita
hidup bermasyarakat. Perhubungan fikiran, senang dan susah diantara kita dengan
sesama manusia, teramat eratnya, sehingga kita tidak dapat memisahkan diri
dengan orang lain. Agama Islam mengajarkan, bahwa dunia ini diwariskan Allah
kepada orang-orang yang baik. Untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam hidup
sangat diperlukan sekali kepercayaan terhadap diri sendiri. Untuk mendapatkan
kepercayaan diri sendiri, manusia harus melalui proses. Proses awal yang
terjadi bahwa manusia itu harus melalui proses. Proses awal yang terjadi bahwa
manusia itu harus mempercayai adanya Allah SWT. Karena Dialah maha
segala-galanya yang menguasai seluruh jagad raya. Hanya kepada-Nya manusia
diharuskan berserah diri. Manusia diciptakan oleh Allah SWT menjadi makhluk
yang sempurna karena manusia diberi suatu kelebihan dari makhluk lain di dunia
ini yaitu akal. Hal ini seperti yang sudah di firmankan Allah dalam al-Qur’an
surat ali imran ayat 159, yang berbunyi sebagai berikut:
فَإِذَا
عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Kemudian apabila
kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(Depag RI, 2005)
Manusia
pada hakikatnya merupakan makhluk hidup tertinggi yang diciptakan Tuhan.
Aristoteles (dalam Ferrinadewi, 2008: 7) membagi makhluk ciptaan Tuhan menurut
beberapa tingkatan berdasarkan jiwa. Manusia berada pada taraf atau tingkatan yang
paling tinggi karena manusia memiliki kemampuan vegetatif ditambah kemampuan
sensitif serta memiliki kecerdasan dan berkemauan. Sebagai seorang muslim
sepatutnya percaya kepada dirinya sendiri dan unsur yang paling mampu
memberikan kepada manusia sikap percaya diri adalah iman. Iman adalah
kepercayaan yang dimiliki secara dominan oleh setiap orang, yang terpimpin oleh
wahyu yang konsepnya terangkat dari al-Qur’an sebagai kumpulan wahyu otentik. Salah
satu ciri orang yang percaya diri adalah mempunyai sifat optimis. Optimis adalah
suatu sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala
hal.
Baca juga: Pandangan Islam Dalam Memilih Pemimpin Non Muslim
Baca juga: Pandangan Islam Dalam Memilih Pemimpin Non Muslim
Optimis
adalah lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena tiada kemauan hati
dan raga untuk mencari dan meyakini rahmat Allah SWT. Sikap optimistis merupakan
kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah
SWT. Optimisme timbul dari rasa gembira dengan kemurahan Allah SWT. dan karunia-Nya
serta perasaan lega menanti kemurahan dan anugerah-Nya karena percaya akan
kemurahan Tuhannya. Seperti yang dijelaskan dalam surat ali-Imran ayat 139,
yang berbunyi sebagai berikut:
وَلَا
تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
Artinya: “janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
Padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orangorang
yang
beriman.” (Depag RI, 2005: 99)
Orang
yang mempunyai sikap optimistis ialah orang yang mempunyai kelestarian dalam
menjalankan ketaatan dan menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia
berharap agar Allah SWT. tidak memalingkannya, menerima amalnya, dan tidak menolaknya,
serta melipatgandakan pahala-Nya. Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering
kali merasa bimbang apabila menghadapi permasalahan hidup, terkadang
kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya
berujung kepada sikap tidak percaya diri dan mudah menyalahkan sesuatu.
Ada
beberapa hal yang perlu kita amalkan agar sikap optimisme terwujud dalam hati
kita, yaitu:
a. Hendaknya
kita selalu mengingat nikmat-nikmat Allah SWT. yang telah diberikan kepada kita
berkenaan dengan urusan agama, kesehatan dan juga urusan dunia kita.
b. Hendaknya kita senantiasa mengingat janji
Allah SWT. berupa pahala-Nya yang berlimpah dan kemurahan-Nya yang besar.
c. Hendaknya
kita senantiasa mengingat luasnya rahmat Allah SWT. dan rahmat Allah itu senantiasa
mendahului murka-Nya. Optimislah dalam hidup, sebab dengan optimis hidup ini
akan menjadi indah dan jangan berputus asa dari rahmat Tuhanmu.
Perilaku
tidak berputus asa dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 87, yang berbunyi:
يَٰبَنِيَّ
ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيَۡٔسُواْ مِن
رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيَۡٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
٨٧
Artinya: “Hai anak-anakku,
Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiadaberputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir." (Depag RI, 2005: 353)
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang harus selalu optimistis,
optimistis adalah suatu sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik
dalam menghadapi segala hal. Sikap optimistis merupakan kebutuhan pokok yang sangat
diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah. Orang yang mempunyai sikap
optimistis ialah orang yang mempunyai kelestarian dalam menjalankan ketaatan dan
menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah SWT.
tidak memalingkannya, menerima amalnya dan tidak menolaknya serta melipatgandakan
pahalanya. Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang
apabila menghadapi permasalahan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah
kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya berujung kepada sikap tidak percaya
diri dan mudah menyalahkan sesuatu.
No comments:
Post a Comment
Mohon jangan menyematkan tautan link pada kolom komentar. terima kasih