Kepercayaan Diri dalam Perspektif Islam - Alaskisah

Latest

advertise

26 January 2017

Kepercayaan Diri dalam Perspektif Islam

Perbedaan  kita dengan makhluk yang lain yaitu kita hidup bermasyarakat. Perhubungan fikiran, senang dan susah diantara kita dengan sesama manusia, teramat eratnya, sehingga kita tidak dapat memisahkan diri dengan orang lain. Agama Islam mengajarkan, bahwa dunia ini diwariskan Allah kepada orang-orang yang baik. Untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam hidup sangat diperlukan sekali kepercayaan terhadap diri sendiri. Untuk mendapatkan kepercayaan diri sendiri, manusia harus melalui proses. Proses awal yang terjadi bahwa manusia itu harus melalui proses. Proses awal yang terjadi bahwa manusia itu harus mempercayai adanya Allah SWT. Karena Dialah maha segala-galanya yang menguasai seluruh jagad raya. Hanya kepada-Nya manusia diharuskan berserah diri. Manusia diciptakan oleh Allah SWT menjadi makhluk yang sempurna karena manusia diberi suatu kelebihan dari makhluk lain di dunia ini yaitu akal. Hal ini seperti yang sudah di firmankan Allah dalam al-Qur’an surat ali imran ayat 159, yang berbunyi sebagai berikut:

فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ 

Artinya: “Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(Depag RI, 2005)

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk hidup tertinggi yang diciptakan Tuhan. Aristoteles (dalam Ferrinadewi, 2008: 7) membagi makhluk ciptaan Tuhan menurut beberapa tingkatan berdasarkan jiwa. Manusia berada pada taraf atau tingkatan yang paling tinggi karena manusia memiliki kemampuan vegetatif ditambah kemampuan sensitif serta memiliki kecerdasan dan berkemauan. Sebagai seorang muslim sepatutnya percaya kepada dirinya sendiri dan unsur yang paling mampu memberikan kepada manusia sikap percaya diri adalah iman. Iman adalah kepercayaan yang dimiliki secara dominan oleh setiap orang, yang terpimpin oleh wahyu yang konsepnya terangkat dari al-Qur’an sebagai kumpulan wahyu otentik. Salah satu ciri orang yang percaya diri adalah mempunyai sifat optimis. Optimis adalah suatu sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal.

Baca juga:  Pandangan Islam Dalam Memilih Pemimpin Non Muslim

Optimis adalah lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena tiada kemauan hati dan raga untuk mencari dan meyakini rahmat Allah SWT. Sikap optimistis merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah SWT. Optimisme timbul dari rasa gembira dengan kemurahan Allah SWT. dan karunia-Nya serta perasaan lega menanti kemurahan dan anugerah-Nya karena percaya akan kemurahan Tuhannya. Seperti yang dijelaskan dalam surat ali-Imran ayat 139, yang berbunyi sebagai berikut:

وَلَا تَهِنُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ 
Artinya: “janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orangorang
yang beriman.” (Depag RI, 2005: 99)
Orang yang mempunyai sikap optimistis ialah orang yang mempunyai kelestarian dalam menjalankan ketaatan dan menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah SWT. tidak memalingkannya, menerima amalnya, dan tidak menolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya. Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang apabila menghadapi permasalahan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya berujung kepada sikap tidak percaya diri dan mudah menyalahkan sesuatu.
Ada beberapa hal yang perlu kita amalkan agar sikap optimisme terwujud dalam hati kita, yaitu:
a. Hendaknya kita selalu mengingat nikmat-nikmat Allah SWT. yang telah diberikan kepada kita berkenaan dengan urusan agama, kesehatan dan juga urusan dunia kita.
b. Hendaknya kita senantiasa mengingat janji Allah SWT. berupa pahala-Nya yang berlimpah dan kemurahan-Nya yang besar.
c. Hendaknya kita senantiasa mengingat luasnya rahmat Allah SWT. dan rahmat Allah itu senantiasa mendahului murka-Nya. Optimislah dalam hidup, sebab dengan optimis hidup ini akan menjadi indah dan jangan berputus asa dari rahmat Tuhanmu.
Perilaku tidak berputus asa dijelaskan dalam surat Yusuf ayat 87, yang berbunyi:

يَٰبَنِيَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيۡ‍َٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡ‍َٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨٧
Artinya: “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiadaberputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Depag RI, 2005: 353)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang harus selalu optimistis, optimistis adalah suatu sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Sikap optimistis merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah. Orang yang mempunyai sikap optimistis ialah orang yang mempunyai kelestarian dalam menjalankan ketaatan dan menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah SWT. tidak memalingkannya, menerima amalnya dan tidak menolaknya serta melipatgandakan pahalanya. Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang apabila menghadapi permasalahan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya berujung kepada sikap tidak percaya diri dan mudah menyalahkan sesuatu.



No comments:

Post a Comment

Mohon jangan menyematkan tautan link pada kolom komentar. terima kasih